Terlalu pagi memang untuk bersedih, tapi air mata di pelupuk
rasanya tidak bisa saya tahan. Hati saya sakit sekali. Semua berawal dari
beberapa retweet dan tweet di timeline Twitter, kabar terjadi pengepungan di
gedung LBH Jakarta oleh massa terprovokasi, menduga aksi seni semalam
adalah diskusi antek-antek PKI.
Lalu kenapa saya sesedih itu? saya heran kenapa masih ada aja dari
beberapa masyarakat Indonesia yang mudah terprovokasi. Bahkan mungkin secara
suka rela. Saya membaca tweet @elwa tentang ketakutannya sedang dikepung massa
dan baru bisa pulang jam 4.35 a.m, gila ngga? saya tidak berani membayangkan
betapa chaos-nya suasana di sana
malam itu. Kumparan menulis ada beberapa kali tembakan gas air mata, sekitar 20
orang luka-luka karena lemparan batu, ada yang pingsan dan kaca LBH pecah.
Bagaimana kalau malam itu saya ada di sana? untuk sebuah
tujuan mulia mendukung aksi seni bertema #daruratdemokrasi, tujuannya
menyuarakan demokrasi di negara penganut demokrasi pula, tapi kenyataannya didemo?
malam itu diancam ketenangan hidupnya?
Maybe, that night is
the one of many nights that can’t be forgetten.
Indonesiaku, kesayanganku, semoga semakin tua usiamu makin bijak pula pola pikirmu. Tidak mudah terprovokasi pada berita hoax, selalu
inisiatif mencari fakta dahulu, lalu bertindak bijak kemudian. Semoga semakin
dipenuhi rahmatNya, sudahlah rusuh-rusuh itu buat apa sih? hobi kok rusuh? enakkan
juga makan bareng.
Selamat hari Senin, semoga ini rusuh-rusuh terakhir .
With Love, Winda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar