Minggu, 11 Juni 2017

Sebuah Cerita tentang Bibir Hitam, My Way to Dealing Bullies, When They Think They're Always Right.

When people judge you so easily without take time to know you better...
What  you will do?..
Let me share this blessing to you...

Hasil gambar untuk black lips tumblr

Year by year, since i was kid, i grew up with... i dunno the right words to desribe this.. i think it was not bullying, it was just their habit to judging what they only see from the outside without want to know the truth and they think they’re right even when they're so wrong.

Saya terlahir dengan pigmen bibir yang banyak, artinya bibir saya hitam, sebuah hal yang tidak wajar untuk manusia yang tidak pernah menyentuh nikotin. Saya baru menyadari hal ini waktu pindah sekolah waktu gue kelas 5 SD,  hari pertama pindah harusnya jadi memori yang menyenangkan, because i will got new friends, tapi nyatanya? jam istirahat sampai pulang saya hanya menangis, menekuk wajah dan melipat kedua siku, malu, anak-anak di sekolah itu bilang:

“Kamu bandel ya? kan masih kelas 5 kok udah ngeroko? bibirnya item banget ihhhhhhh” mereka terus menerus mengulang kalimat itu, sampai akhirnya saya sadar, something wrong with me. 
SMA. Waktu itu jam istirahat, di pondok depan kelas saya duduk dengan satu sahabat cewek dan satu orang cowok yang tidak begitu akrab. si cowok bertanya:
“Win, kamu merokok ya?” kemudian ditimpali dengan si cewek
 “Yaaa.. ayo ngaku.. ihhhh ihh ihh” yang kedua, it hurts me so bad, think that someone you called best friend doesn’t believe you and troll you in front of people. Orang yang seharusnya paling percaya gue, she did it to me. 
Mungkin buat orang lain, ini terlalu remeh temeh untuk ditangisin, tapi besar di daerah kecil yang menganggap tabu wanita merokok apalagi anak sekolah, membuat saya sering ditanyain, dihina di depan orang banyak, sampai kehilangan rasa percaya diri, membuat saya tidak menganggap ini hal remeh.

Pernah; guru, seorang yang harusnya tidak terlalu picik menilai apa yang hanya dia lihat dari luar, ngomong di depan kelas:
“saya tau di sini ada yang merokok, saya bisa baca dari bibirnya, mau saya tebak” diikuti dengan semangat sekelas
“Ayok pak.. tebak pak” saya cuma berdoa dalam hati semoga si bapak tidak sejahat itu dan Puji Tuhan, terkabul.
The most  day i remembered in my life, satu kesempatan jadi pemimpin pujian di gereja, i gave all the best that i can, sampai di akhir ibadah, salah satu pengurus gereja itu berdoa seperti ini:
“Tuhan ajar kami, walaupun kami mungkin hebat di mata dunia, tapi kalau kami tidak bertobat, mungkin di antara kami merokok, kami munafik.. and bla bla bla” tears just drop.... it leave scar in my heart. Tapi yaudah toh saya lakukan untuk Tuhan.
Hal ini terus berlanjut ketika kuliah, dihina secara fisik dengan beberapa orang, ada satu orang cewek yang notabene temen sendiri tapi doyan banget menyindir fisik saya di depan umum. Ada satu orang cowok, kalo saya udah ikut bercanda dan ketawa di tongkrongan; dia mulai membuat saya diem dengan cara ya menghina fisik. Sampai pernah di depan kelas, saya lagi ngobrol  sama temen; kemudian ada senior yang bahkan saya ngga tau namanya siapa ngomong gini
“ya anjir, bibir item aja sok cantik ketawa-ketawa, najis, ini ngerokoknya mah udeh 5 bungkus satu hari kalik, item banget anjir” I-heard-that-very-clearly-and-hurts-me-again-and-again.
Singkat cerita di titik itu saya nyerah, sudah ngga nyaman ke kampus, sampai akhirnya memutuskan pindah kampus. Ini pertama kalinya saya membuka alasan yang sebenarnya ke orang lain kenapa saya harus pindah kampus. :)

Saya ngga berani ikut ospek di kampus baru, karna ngga mau warna asli bibir dilihat orang, capek dijudge orang karna warna bibir. Singkat cerita, usaha saya kayaknya ngga berhasil, beberapa tahun yang lalu lipstick matte dengan pigmentasi yang bagus belum ada. Membuat ada aja yang ‘ngeh’ bibir saya item. Satu hari, saya lupa sedang ngomongin tentang apa, cuma ingat seseorang yang dulu pernah sangat dekat dengan ngomong begini:
“YAELAH, KAMU MAH MAKE LIPSTICK KARENA TAMENG DOANG KALI” She said it straight-stuck-deep-into-my-heart. Entah yah kalau yang datang dari teman dekat rasanya lebih sakit. Because i hoped she accept me as i accept her imperfections.
Saya pernah nangis sama Tuhan dalam satu doa, nyalahin dia, kenapa menciptakan bibir ini berbeda dari orang lain kebanyakan. Sampai akhirnya saya  menyadari, ada banyak orang yang lebih tidak beruntung, lahir dengan bibirnya sumbing, bisu permanen, dan hal-hal yang lebih buruk tapi mereka tetap bersyukur. Saya ngga pernah bisa ngatur orang lain mau mikir/ ngomong tentang apa yang mereka liat, saya cuma bisa atur respon sendiri, saya akui ada masa-masa those bullies impact my psychology, saya takut bertemu orang baru, nginep di rumah teman tetap pakai makeup, susah bergaul, ngaku-ngaku ke mantan emang ngerokok karena susah ngasih penjelasan yang bisa dia percaya, hal terburuk saya pindah kampus. Semuanya mengikis percaya diri. All the worst of my days came from this. It’s something created by God. But for the God’s shake, it’s just a colour.  Why i can’t praise Him just because my lips is Black?

Thank you for all of you who made me stronger. I forgive you all. For all of those bullies you gave to me, since i was in elementary school till now, i know you guys just don’t know anything about the truth. It’s okay. I forgive you. I did.

And God, thank you because I am fearfully and wonderfully made; Your works are wonderful, I know that full well. (Psalm 139:14)
Hasil gambar untuk god hugs tumblr

with love, Winda.

1 komentar:

  1. mbak Winda punya sosmed? instagram atau twitter.. saya ingin berteman aja karena apa yg mbak tulis di blog ini mirip bnget dngan apa yg saya alamin. salam kenal ya Mba.

    BalasHapus