Jumat, 30 Juni 2017

Nasi Goreng

Everything has changed

Tampaknya quote itu benar adanya, walaupun saya juga ngga pernah tau siapa pencetusnya? Tapi, sering banget direpost orang-orang kalau lagi putus cinta. Entah di Facebook, Path,Twitter, Whatsapp Stories, Instagram Stories, tinggal di Likendin aja nih yang belum. Huhu. Sampai ada lagu galaunya segala loh. :")

But, chill, this is not story of a couple of love.

Beberapa hari yang lalu, setelah sebulan ngga makan nasi goreng di deket kostan, akhirnya saya ke situ lagi. Habis jalan seharian exicted banget mau temu kangen sama nasi goreng terenak se Jakarta versi diri sendiri,  kenapa bisa terenak? simply karena terlalu susah nyari nasi goreng tek-tek yang beneran pedes dan endol di Jakarta, seriusan deh. Pas si bapak ngegoreng nasinya; wanginya udah ke mana-mana makin pengen segera makan, eh pas udah di mulut…

kok…
rasanya….
berubah...?

Sedih dong, masih ngga yakin; coba ngaduk nasinya; di suapan ke dua tetep aja dalam hati ngomong
“Kok rasanya ngga seenak terakhir makan di sini, ya?” Hal itu terjadi sampai di suapan terakhir.

Sedih banget sesuatu yang saya sayang harus berubah rasanya. 4 tahun dia pernah jadi nasi goreng terrrrrrrbaikkkkk. Mungkin, saya harus mulai nyari nasi goreng yang standar enaknya kayak dulu lagi nih atau terima aja sama rasanya nasi goreng deket kost-an itu? Toh harganya masih murah; deket pula????

Dalam hidup, relationship, kerjaan, atau apapun, pasti pernahkan nemuin kejadian kayak gini? Sesuatu yang kamu harapkan ngga bakal berubah dan jangan pernah berubah tapi dalam satu waktu ngga sesuai sama ekspektasi. They’ve changed. 

Mungkin awalnya kecewa, susah banget buat penyesuaian. Kadang pilihannya hanya stay.. atau ikutan berubah.



  Sometimes I preferred to stay, sometimes I wanna move.
With Love, Winda.

Minggu, 25 Juni 2017

Hai, Teman

Setiap orang memiliki setidaknya satu daftar barang hilang yang menunggu untuk ditemukan. Rindu untuk diakui, dianggap pernah hadir dalam hidupmu.
Aku pikir di dunia seperti itulah aku hidup- di antara barang-barang hilangmu yang lain. Selembar catatan kumal tersembunyi di kedalaman laci atau foto tua terjepit entah di mana di antaranya halaman-halaman buku. Aku berharap suatu hari kelak kau menemukanku dan mengingat aku pernah berarti bagimu. –Lang Leav

Atas nama penggalan puisi di atas yang mengantarkan soreku ke another gloomy series, teruntuk semua kenalan, sahabat, teman dan mungkin keluarga, kadang aku rela menjadi barang yang hilang untuk sekedar bisa kau cari dan berharap ingin kau temukan. 

Karena di waktu kemarin, kita pernah sama-sama membingkai senyum terbaik. Pernah ada waktu-waktu manis.

Untuk semua cerita yang belum sempat kau bagi, dan sapa yang tak kunjung hinggap. Untuk sekedar gelagar tawa yang tak lagi kita temui. Sejujurnya, aku rindu.

Aku tidak pernah sejauh itu. Temui aku di lacimu, atau di sudut-sudut tempat tidurmu. Atau mungkin sedekat kontak di ponselmu. 

Maaf untuk beberapa keegoisan, atau mungkin salah di masa lalu. Aku mungkin teman yang sulit mengolah emosi di masa mudanya dulu.

Saat menulis ini, aku teringat perempuan ini.
Kadis, atau yang dulu kusapa akrab dengan “Ge”
Ge, I miss our old time
Our chit-chat
Our stupidness
Our Laugh
Our arguement
I miss ours. 

Time flies, I might no longer your best friend in your life because my mistake and stupidness. But, My dearest, Ge, you always be best friend I ever had. 



With love, Gege.
Ditulis sambil mendengarkan lagunya Monita-Hai.


Senin, 19 Juni 2017

Surat Kesekian Untuk Diri Sendiri

Untuk kamu yang sedang terus berjalan ke depan
Ku kirimkan doa dan peluk pagi ini
Doa yang sederhana dan sungguh-sungguh
Terus semangat, ingat; saat banyak hal yang ingin membuatmu berhenti bahkan menarikmu ke belakang
Pikirkan saja apa yang menantimu di depan sana
Tidak perlu berandai ada seribu orang yang menyambut untuk memeluk
Cukup renungkan hangat dan manis lengkungan senyum itu
Iya, senyummu sendiri
Nanti, ada masanya kamu berdiri di depan cermin
Sembari melukis senyum terbaik, di warnai rasa syukur
Bahwa pernah ada hari-hari sulit yang mampu membawa dirimu; yang kamu anggap lemah itu;
Mampu bertahan sekuat-kuatnya.


Jumat, 5 Mei 2017

6:30 a.m di tulis pagi hari, saat perut keroncongan dan sedang pusing-pusingnya menyelesaikan skripsi.

Selasa, 13 Juni 2017

Basa Basi, Butuh Good Attitude Ngga Sih?

"Yaelah, tong, kaku amat lu, namanya aja basa basi, tau basa basi ngga sih lo, upil kering??? yakaleeee pake attitude, lau pikir mau kerja pake attitude segala. Serius banget lo."

Gausah kaget kalau ketemu dengan kata-kata kayak gitu. Kemarin, i received chat from someone who i never so close before and he came like this.



Atau.. jangan-jangan kamu juga pernah kayak gitu? Atau sering?

Semenjak saya aktif main twitter, saya follow beberapa positive influences, mereka adalah orang-orang hebat, sukses di bidangnya tapi punya sikap yang baik sebut saja @LadyZwolf @falla_adinda @amrazing, dari mereka saya belajar bahwa ternyata basa-basipun kita mesti pandai-pandai pilih kata-kata, jangan sampai tujuan kita mencairkan suasana malah bikin orang sakit hati. Ngga maukan jadi alasan orang lain bad mood seharian? Ngga dong? Kecuali niat kita udah busuk sih beda cerita, ya.

Sekarang gini deh, tujuan kalian basa-basi tuh apa sih? Coba tanya ke dalam hati masing-masing, tujuannya untuk mencairkan suasana? Kangen ngobrol? Gini deh, apa sih sebenernya pengertian “basa-basi” ini? Menurut kamus bahasa Indonesia definisi basa – basi sebenarnya adalah sopan santun atau tata krama dalam berinteraksi antar manusia. Bentuknya bisa berupa salam, menanyakan kabar, menyampaikan ungkapan simpati dan penghargaan (terimakasih). Tapi, sayangnya nih semakin hari, pergeseran maknanya jauh banget, alih-alih ngungkapin simpati, kita malah lebih sering menyakiti dari basa-basi ini.


"Gila, gendut banget lo sekarang?" "Hahaha, dari Nobita masih SD ampe udah lulus sekolah elu belum wisuda-wisuda juga?Yaela, itu skripsi atau KPR ngga kelar-kelar?""Ih kok udah mau setahun lulus belum punya kerja juga?" "Lha, belum hamil juga? Dulu gue pas abis nikah cuma sebulan langsung isi, lho.." "Oh sekarang kerja di situ? Gajinya berapa? Dapet apa aja?"
Coba bayangkan pertanyaan kayak begitu, ditanyakan balik ke kamu, dalam keadaan kamu di posisi dia, sudah usaha wisuda tapi banyak rintangan di luar planing, sudah ngelamar di banyak perusahaan ampe udah ngga keitung pake jari + bikin portofolio yang bagus tapi belum dipanggil interview, orang di rumah udah marah-marah, eh malah ditanyain kayak gitu, udah usaha bikin anak, doa tiap malam, makan sehat, minum suplemen biar dapetnya cepet, tapi kamu ngga tau apa-apa dateng-dateng ngasih kuliah, kayak dia ngga ngelakuin usaha apapun????

Siapapun kalian yang baca postingan ini, yuk, sama-sama belajar, there's so many good ways to start conversation.


"How's life?"  

"Sedang sibuk apa sekarang?"  

"Eh, udah nikah makin bagus aja auranya, gimana nih rasanya nikah?"
Atau ngasih pujian dibanding fokus sama berat badan orang lain, kenapa ngga kamu puji rambutnya; atau bajunya; atau aksesoris yang dia pake atau kalau bener-bener you don't have anything nice to say, just shut up, don't ask anything. Tapi, sebener selalu ada jalan yang baik kok untuk basa-basi tanpa menyakiti orang lain.

Hasil gambar untuk positive vibes

Just because kamu pernah ketemu/ ngomong sama orang beberapa kali, ngga membuat  kamu bebas nanyain hal-hal sensitif, untuk teman yang sangat dekat sih, emang sah-sah aja nanya kayak gitu. Malah kadang lebih parah, tapi kalau saya sih even they are my family or siblings i never asked their salary, atau hal-hal sensitif kayak ‘udah hamil belum?’ pas kakak saya nikah, paling banter nanyain ke nyokap masalah udah hamil belum, ngga berani nanya langsung. Oh, iya, even my mother did it. She never asked our salary when we got job.

Yuk, budayakan silahturahmi tanpa bikin orang lain bad mood.
Kalau bisa jadi moodbooster, kenapa harus jadi yang lain sih?



With love, Winda

Minggu, 11 Juni 2017

Sebuah Cerita tentang Bibir Hitam, My Way to Dealing Bullies, When They Think They're Always Right.

When people judge you so easily without take time to know you better...
What  you will do?..
Let me share this blessing to you...

Hasil gambar untuk black lips tumblr

Year by year, since i was kid, i grew up with... i dunno the right words to desribe this.. i think it was not bullying, it was just their habit to judging what they only see from the outside without want to know the truth and they think they’re right even when they're so wrong.

Saya terlahir dengan pigmen bibir yang banyak, artinya bibir saya hitam, sebuah hal yang tidak wajar untuk manusia yang tidak pernah menyentuh nikotin. Saya baru menyadari hal ini waktu pindah sekolah waktu gue kelas 5 SD,  hari pertama pindah harusnya jadi memori yang menyenangkan, because i will got new friends, tapi nyatanya? jam istirahat sampai pulang saya hanya menangis, menekuk wajah dan melipat kedua siku, malu, anak-anak di sekolah itu bilang:

“Kamu bandel ya? kan masih kelas 5 kok udah ngeroko? bibirnya item banget ihhhhhhh” mereka terus menerus mengulang kalimat itu, sampai akhirnya saya sadar, something wrong with me. 
SMA. Waktu itu jam istirahat, di pondok depan kelas saya duduk dengan satu sahabat cewek dan satu orang cowok yang tidak begitu akrab. si cowok bertanya:
“Win, kamu merokok ya?” kemudian ditimpali dengan si cewek
 “Yaaa.. ayo ngaku.. ihhhh ihh ihh” yang kedua, it hurts me so bad, think that someone you called best friend doesn’t believe you and troll you in front of people. Orang yang seharusnya paling percaya gue, she did it to me. 
Mungkin buat orang lain, ini terlalu remeh temeh untuk ditangisin, tapi besar di daerah kecil yang menganggap tabu wanita merokok apalagi anak sekolah, membuat saya sering ditanyain, dihina di depan orang banyak, sampai kehilangan rasa percaya diri, membuat saya tidak menganggap ini hal remeh.

Pernah; guru, seorang yang harusnya tidak terlalu picik menilai apa yang hanya dia lihat dari luar, ngomong di depan kelas:
“saya tau di sini ada yang merokok, saya bisa baca dari bibirnya, mau saya tebak” diikuti dengan semangat sekelas
“Ayok pak.. tebak pak” saya cuma berdoa dalam hati semoga si bapak tidak sejahat itu dan Puji Tuhan, terkabul.
The most  day i remembered in my life, satu kesempatan jadi pemimpin pujian di gereja, i gave all the best that i can, sampai di akhir ibadah, salah satu pengurus gereja itu berdoa seperti ini:
“Tuhan ajar kami, walaupun kami mungkin hebat di mata dunia, tapi kalau kami tidak bertobat, mungkin di antara kami merokok, kami munafik.. and bla bla bla” tears just drop.... it leave scar in my heart. Tapi yaudah toh saya lakukan untuk Tuhan.
Hal ini terus berlanjut ketika kuliah, dihina secara fisik dengan beberapa orang, ada satu orang cewek yang notabene temen sendiri tapi doyan banget menyindir fisik saya di depan umum. Ada satu orang cowok, kalo saya udah ikut bercanda dan ketawa di tongkrongan; dia mulai membuat saya diem dengan cara ya menghina fisik. Sampai pernah di depan kelas, saya lagi ngobrol  sama temen; kemudian ada senior yang bahkan saya ngga tau namanya siapa ngomong gini
“ya anjir, bibir item aja sok cantik ketawa-ketawa, najis, ini ngerokoknya mah udeh 5 bungkus satu hari kalik, item banget anjir” I-heard-that-very-clearly-and-hurts-me-again-and-again.
Singkat cerita di titik itu saya nyerah, sudah ngga nyaman ke kampus, sampai akhirnya memutuskan pindah kampus. Ini pertama kalinya saya membuka alasan yang sebenarnya ke orang lain kenapa saya harus pindah kampus. :)

Saya ngga berani ikut ospek di kampus baru, karna ngga mau warna asli bibir dilihat orang, capek dijudge orang karna warna bibir. Singkat cerita, usaha saya kayaknya ngga berhasil, beberapa tahun yang lalu lipstick matte dengan pigmentasi yang bagus belum ada. Membuat ada aja yang ‘ngeh’ bibir saya item. Satu hari, saya lupa sedang ngomongin tentang apa, cuma ingat seseorang yang dulu pernah sangat dekat dengan ngomong begini:
“YAELAH, KAMU MAH MAKE LIPSTICK KARENA TAMENG DOANG KALI” She said it straight-stuck-deep-into-my-heart. Entah yah kalau yang datang dari teman dekat rasanya lebih sakit. Because i hoped she accept me as i accept her imperfections.
Saya pernah nangis sama Tuhan dalam satu doa, nyalahin dia, kenapa menciptakan bibir ini berbeda dari orang lain kebanyakan. Sampai akhirnya saya  menyadari, ada banyak orang yang lebih tidak beruntung, lahir dengan bibirnya sumbing, bisu permanen, dan hal-hal yang lebih buruk tapi mereka tetap bersyukur. Saya ngga pernah bisa ngatur orang lain mau mikir/ ngomong tentang apa yang mereka liat, saya cuma bisa atur respon sendiri, saya akui ada masa-masa those bullies impact my psychology, saya takut bertemu orang baru, nginep di rumah teman tetap pakai makeup, susah bergaul, ngaku-ngaku ke mantan emang ngerokok karena susah ngasih penjelasan yang bisa dia percaya, hal terburuk saya pindah kampus. Semuanya mengikis percaya diri. All the worst of my days came from this. It’s something created by God. But for the God’s shake, it’s just a colour.  Why i can’t praise Him just because my lips is Black?

Thank you for all of you who made me stronger. I forgive you all. For all of those bullies you gave to me, since i was in elementary school till now, i know you guys just don’t know anything about the truth. It’s okay. I forgive you. I did.

And God, thank you because I am fearfully and wonderfully made; Your works are wonderful, I know that full well. (Psalm 139:14)
Hasil gambar untuk god hugs tumblr

with love, Winda.