Senin, 31 Juli 2017

Surat Untuk Keponakan Pertamaku

Teruntuk Ell, 

Halo, baby Ell, atau ADRIELL RASENDRIYA LUARTOWO, waktu kamu membaca tulisan ini, biar aku tebak, kamu pasti sudah bisa membaca. Haha. Yaiyalah, kalau ngga, ya kamu belum baca suratnya. Kamu mungkin sudah duduk di bangku SMP, atau mungkin lebih cepat dari dugaanku. Jaman sekarangkan anak-anak semakin belia kenal dengan internet.

Apa kabar? PRmu sudah kamu kerjakan? Gimana kabar ayah bundamu hari ini? Saat menulis surat ini, umur mu baru 6 hari, belum genap seminggu, yaiyalah kalau 7 hari baru tuh seminggu. Aku taukan kamu memanggil orang tuamu dengan sebutan ayah dan bunda? Kamu harus tau, waktu umurmu masih satu hari, di samping kamu dan bundamu, aku pernah bilang ke dia bahwa panggilan itu seperti anak-anak alay yang masih pacaran tapi sudah mesra-mesraan dengan panggilan ayah bunda. Salah satu anak alaynya adalah aku. Hahaha. Iya aku pernah sealay itu waktu SMA kelas 3. Ah, sudahlah, aku tak mau cerita detail. Kamu juga malas mungkin, ya?

El, waktu kamu lahir, aku tidak ada di rumah sakit, aku ada di kost-an ku, tapi Ayahmu inisiatif video call denganku, mungkin dia lakukan juga pada saudaranya yang lain. Yang ada di rumah sakit pada waktu bundamu berjuang untuk segera melihatmu, hanya ayahmu dan popomu.

Oma-opamu ada di Kendari, mereka melihatmu untuk pertama kalinya bulan Oktober, waktu aku menulis ini, hal itu masih sekedar rencana, ini masih bulan Juli. Besok sih sudah Agustus. Mereka sengaja sekalian nengokin aku wisuda, oma-opamu dalam rangka menghemat keuangan, maaf ya Ell, karena harus digabungkan dengan agenda wisudaku. Tapi gapapa, toh kalian akan bertemu. Tante Kezia waktu itu di Makassar, aku dapat kabar dari Omamu, dia sih tidak bilang langsung, hanya sempat menanyakan parasmu mirip siapa di Instagram waktu ku posting beberapa video lucumu, saat aku nengokin kamu tanggal 26 Juli 2017. Aku nengokin kamu ngga lama, aku ditawari sih ikut pulang ke rumahmu, tapi aku tidak bawa baju ganti hari itu, jadi aku pulang setelah mungkin 2 jam ngobrol dan sempat sekali menggendongmu. Kamu bayi pertama yang aku gendong di dunia ini, El. Penting bukan informasinya? Haha. Om Hemi ada di Kendari, aku belum tau persis kapan kamu bisa bertemu dan digendong olehnya. Yang aku tau, nanti pasti dia senang. Kamu juga, mungkin.

Ell, kita punya penggalan nama yang sama, Luartowo. Aku tebak, nanti, waktu kamu mulai sekolah, banyak orang akan mempelesetkan nama ayahmu, jadi luar kota, luar daerah, luar angkasa, mungkin saat kamu kuliah dosenmu hanya ingat nama belakangmu, si Luartowo. Aku, ayahmu, mengalami hal itu. Jangan marah, kamu harus bangga. Itu nama buatan opamu. Kelak, harus gantian kamu yang membuatnya bangga.

Ell, aku masih mau sebenarnya menulis panjang lebar, tapi, takutnya kamu nanti bosan. Aku juga harus beli kuota ke Indomaret, untuk upload tulisan ini, haha. Kuota ku habis.

Ell, tumbuhlah jadi anak yang jadi dirinya sendiri, aku tidak tau nanti apa warna kulitmu, mungkin jadi putih seputih kulit bundamu, atau mungkin sawo matang, atau mungkin hitam sepertiku. Apapun nanti, kamu harus bangga, jangan pernah menghina orang lain hanya karena berbeda darimu, serius ataupun bercanda. Kamu pasti tumbuh menjadi anak bisa asik tanpa harus becandain kelemahan orang lain. Suatu saat, kalau punya saudara, sayangin dia, bangga ketika kamu memperkenalkannya ke orang lain, berapapun nanti saudaramu, kamu, harus lebih sayang dengan saudaramu sebelum sayang kepada manusia lain. Alkitab menulis hal itu. Aku lupa ayat berapa, nanti kamu tanyakan pada ayahmu, dia S3 Theologia. Pintar dia itu.

Tumbuhlah menjadi anak yang menyebarkan kebaikan, tidak hanya saat orang lain melihat, tapi benar-benar menghidupi kebaikan itu.

Oh iya, tanggal lahir kita sama, 25, tapi beda bulan. Duluan kamu. Hehe. 

With love, Aunty Winda.